free page hit counter

Jangan Salah Makna, Syawal Bukan Hari Raya Huru-Hara

Jangan Salah Makna, Syawal Bukan Hari Raya Huru-Hara

Oleh Alda Muhsi

Gema takbir terus saja berkumandang mengisi hamparan langit cerah yang luas. Pertanda Ramadan, bulan ampunan akan pergi digantikan Syawal, bulan kemenangan. Banyak hal yang kita lakukan dalam mengisi Hari Kemenangan tersebut tergantung bagaimana kita memaknainya.

Sebagian orang memaknai kemenangan sebagai sebuah keberhasilan yang dicapai setelah menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya selama bulan Ramadan. Seperti sebuah hadiah yang dijanjikan Allah kepada hambanya yang menyelesaikan tugas. Seperti orang tua yang membelikan sepeda baru kepada anaknya ketika mendapatkan rangking satu.

Sebagian orang menganggap Hari Kemenangan lebih suci dan lebih penting daripada hari-hari di bulan suci. Pelaksanaannya pun terkadang berubah menjadi hari raya huru-hara. Ketika banyak orang merayakan melewati batas-batas yang dianjurkan/dipesankan. Membeli baju berlebih-lebihan, memesan kue dan makanan berlebih-lebihan, pergi ke sana kemari hingga menimbulkan kekacauan, dan lain sebagainya. Bahkan tidak jarang kita dengar terjadinya kasus-kasus kriminal seperti pecurian dan perampokan demi itu semua.

Sejatinya kemenangan yang diraih bukanlah sebatas telah melalui Ramadan dengan ibadah-ibadah yang baik. Lebih daripada itu, kemenangan yang ingin dicapai adalah bagaimana untuk tetap istikamah menjalankan ibadah yang telah dilakukan selama Ramadan di bulan-bulan berikutnya.

Ramadan adalah sekolah, tempat latihan membiasakan diri beribadah kepada Allah, membersihkan hati dan segala perbuatan agar kembali putih seperti lembaran kertas kosong. Kemudian ketika memasuki bulan Syawal, ujian pun dimulai. Kemenangan akan diraih ketika kita mampu mengisinya dengan segala ibadah dan perbuatan yang tak kalah baik.

Begitulah seterusnya pada bulan-bulan berikutnya, hingga bertemu Ramadan yang akan datang. Ketika itu kita kembali mengisi energi sebagai bekal untuk beribadah kepada sang pencipta. Ramadan adalah titik pemberhentian sebuah kendaraan untuk mengisi bahan bakar sebelum melanjutkan perjalanan. Ramadan adalah charging time bagi sebuah handphone lowbat agar dapat kembali digunakan dengan daya yang penuh. Ramadan adalah sebuah persiapan merancang dan menata ibadah-ibadah agar kita menjadi terarah. Syawal, bulan kemenangan adalah bulan pertama praktik tersebut dimulai/dijalankan. Berhasilkah kita memenangkannya?

Memaknai Hari Kemenangan memang mesti tepat sasaran agar kita mengetahui hakikat pelaksanaan ibadah puasa dan perayaan hari raya supaya tidak jatuh pada ritual sia-sia yang mungkin tidak disenangi Allah dan RasulNya. Coba lihat sekeliling kita atau barangkali diri kita sendiri sudahkah memaknainya dengan tepat? Kalau belum, hal pertama yang harus kita lakukan adalah muhasabah untuk kembali memurnikan hati.

Tinggalkan Balasan