Virus Corona telah menggemparkan seluruh dunia. Nyaris setiap negara di belahan bumi telah terjangkit. Korban setiap harinya semakin bertambah. Formula untuk menyembuhkannya masih terus ditelusuri. Terhadap persoalan itu banyak masyarakat yang panik. Penimbunan masker dan cairan hand sanitizer terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Keadaan semakin diperburuk oleh karena banyak masyarakat yang berdebat terkait penanganannya. Sentimen politik pun turut mewarnai pertikaian itu. Bisa kita lihat beberapa pejabat negara memiliki persepsi yang berbeda, dan hal itu ditangkap masyarakat luas sebagai perselisihan yang menuai pertengkaran panjang. Padahal, hanya perbedaan cara menyikapi dan penyampaian.
Keributan semakin parah dengan adanya situs-situs tidak jelas dan tidak kredibel membawa informasi yang mengarah ke perpecahan dan adu domba. Rapuhnya ikatan sosial antar masyarakat (karena pengaruh politik) dan tingginya kepercayaan terhadap media (walaupun tidak kredibel) membuat setiap persoalan sulit untuk diselesaikan secara bersama-sama. Alhasil banyak pihak (oknum) yang berlomba-lomba untuk menjadi pahlawan yang menyerukan cara-cara pencegahan dan penanganan agar mendapat ketenaran.
Sejatinya hal-hal semacam itu tak perlu kita hiraukan. Kita bisa kembali kepada instansi yang memahami bidang tersebut, bisa merujuk kepada Kemenkes (Kementerian Kesehatan) atau dalam hal ini yang lebih universal katakanlah WHO (World Health Organization).
Cara penularan Virus Corona tidak jauh berbeda dengan flu, yang dapat terjadi saat menghirup percikan pernapasan yang diembuskan si penderita. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan masyarakat untuk tetap waspada seperti mencuci tangan secara teratur, disarankan untuk menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, serta menghindari kontak langsung dengan yang terinfeksi.