TERORISME BUKAN ISLAM
WASPADA! KELOMPOK TERORIS MANFAATKAN MOMENTUM
Oleh Alda Muhsi
Perbedaan yang ada di negara kita bukanlah penghalang untuk mempererat persatuan dan kesatuan. Sejak dahulu ragam suku bangsa, budaya, dan agama telah bersatu dalam cengkeraman erat sang Garuda, lambang negara kita. Bahkan jauh sebelum merdeka, perbedaan-perbedaan yang kita miliki tidak dapat merusak dan mencerai-beraikan persatuan kita dalam mengejar satu tujuan, yakni meraih kemerdekaan. Namun, saat ini mengapa gembar-gembor perbedaan menjadi titik awal perpecahan?
Tentu saja ada pemantik yang menyebabkan semua ini terjadi. Imbasnya bukan tidak berbahaya. Perselisihan yang terjadi telah kita lihat menimbulkan dampak yang sangat besar. Sebut saja sebagai contoh aksi teror pengeboman beberapa titik di kota-kota yang ada di Indonesia; atau yang terbaru adanya penyusupan beberapa orang yang terlibat dalam jaringan teroris saat demonstrasi terkait pengumuman hasil pemilu bulan Mei lalu.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi di negeri kita? Apakah krisis kepercayaan terhadap saudara sebangsa merupakan parasit yang tengah bekerja menggerogoti toleransi, yang sudah lama dibangun para pendahulu kita? Atau adanya hasutan kotor dari luar, yang memanfaatkan momentum, menakuti kita akan adanya ketidakadilan terhadap kelompok-kelompok tertentu yang dianggap lemah. Sehingga tiap-tiap kelompok merasa punya kepentingan dan berambisi untuk mengambil alih tahta tertinggi tonggak kepemimpinan untuk dipimpin oleh seseorang yang mereka yakini akan berpihak kepada mereka apabila berkuasa.
Perlu waktu yang lama dan analisis yang tepat untuk mendapatkan jawaban pastinya. Namun, Kepala BNPT-RI, Suhardi Alius, dalam esainya Menolak Terorisme, yang termaktub dalam Bunga Rampai Pemahaman yang Membawa Bencana, Kumpulan Esai Penanggulangan Terorisme (2017) menyebutkan adanya terorisme kontemporer telah memanipulasi realitas geopolitik global, seperti berbagai ketidakstabilan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah (negara muslim) sebagai akibat intervensi AS dan negara Eropa. Hal ini dijadikan kelompok teroris sebagai momentum untuk menyusupkan propaganda melalui dalil-dalil agama dan sejarah kejayaan Islam dalam menyaring anggota baru atau rekrutmen. Tentu saja propaganda tersebut akan mudah mendapatkan simpati dengan dalih solidaritas umat seiman.
Kondisi tersebut yang tengah bergejolak di Indonesia, sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim. Ancaman-ancaman ketakutan akan tertindas atau akan bernasib sama seperti negara Timur Tengah membuat mereka terprovokasi untuk membentuk satu kelompok yang ingin mengambil alih kekuasaan dan mengganti ideologi, meskipun harus memakai cara-cara kekerasan.
Tentu saja hal ini merugikan eksistensi umat Islam. Oleh karena itu diharapkan kepada para ulama, tokoh agama, ormas-ormas Islam, dan seluruh pesantren tidak hanya diam menyaksikan fenomena ini. Seruan pernyataan tindak terorisme bukanlah jihad perlu ditegaskan setiap saat untuk menangkis tudingan-tudingan pelaku teroris adalah tuntutan Islam. Sehingga mata dunia terbuka dan dapat menerima Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 32 yang artinya:
Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.