Oleh: Alda Muhsi
Puluhan remaja laki-laki dan perempuan begitu khidmat menyimak seorang lelaki berkacamata menyampaikan materi. Mereka terlihat begitu semangat dan bergembira, bukan karena lelaki pemateri itu berwajah tampan, melainkan materi yang disampaikan begitu menyenangkan. Ya, siang menuju sore di Padepokan Iqro kala itu sedang berlangsung Kelas Menulis Puisi.
Kelas Menulis Puisi adalah salah satu program literasi dasar yang diselenggarakan Padepokan Iqro tahun 2020 ini, sebagaimana latar belakang berdirinya yang menganut paham literasi adalah jalan untuk membangun SDM pedesaan.
Padepokan Iqro merupakan perpustakaan desa dan taman baca yang terletak di Jalan Pertiwi, Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Didirikan oleh Ismail dan peresmiannya dilakukan bersama PT. PLN (PERSERO) UP2B Sumbagut pada tahun 2018. Kepengurusannya terdiri dari pembina, yaitu Jupri Purwanto (Kepala Desa) dan Ismail (pendiri); ketua yaitu Siti Rusiam, pustakawan yaitu Rismawati dan Rani Dwimurtini, administrasi yaitu Nur Aini Dewi, media yaitu Pra Yogi, dan beberapa orang relawan.
Ismail bertekad Padepokan Iqro dapat dijadikan sebagai pusat perubahan sosial dan inovasi (pembangunan) desa. Semuanya dapat dimulai dengan menguatkan literasi masyarakat. Hingga saat ini Padepokan Iqro telah memiliki koleksi buku dan bahan literasi lainnya sebanyak 2.500 judul. Buku-buku yang tersusun rapi dalam ruang perpustakaan. Padepokan Iqro juga telah dilengkapi ruang komputer, aula pertemuan, dan pondok belajar. Padepokan Iqro pernah menyabet gelar juara 1 perpustakaan desa yang dipilih langsung oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini membuat jaringan kemitraan Padepokan Iqro semakin luas dengan beberapa private sector maupun universitas.
Selain memiliki program literasi dasar pada tahun 2020 ini, Padepokan Iqro juga memiliki program inklusi sosial berbasis pertanian, yaitu program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan pengembangan wirausaha di sektor pertanian sekitar Desa Kolam, termasuk pembangunan energi biogas dari kotoran ternak. Ada pula pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan dan kecakapan hidup dalam mengelola potensi sekitar.
Secara kompleks, program Padepokan Iqro tahun 2020-2025 berfokus pada tiga bidang, literacy program and library, knowledge management, dan leadership school and training. Awalnya Kelas Menulis Puisi termasuk dalam bidang literacy program and library (Program Literasi dan Perpustakaan), namun dalam penggarapan tema puisi-puisinya, puluhan remaja usia SMP dan SMA diajak untuk membangun knowledge management-nya yaitu mendokumentasikan informasi, cerita, tradisi, budaya, dan kearifan lokal yang ada di Desa Kolam ke dalam bentuk puisi. Hal ini merupakan sebuah langkah yang bijak untuk menyelamatkan generasi dari bahaya penyebaran informasi-informasi buruk di internet (dunia maya).
Lelaki tampan berkacamata, mentor Kelas Menulis Puisi yang disebutkan di paragraf pembuka tadi bernama Titan Sadewo, penyair muda asal Medan, mengaku sangat mengapresiasi kegiatan Kelas Menulis Puisi yang diinisiasi oleh Padepokan Iqro ini.
“Kelas Menulis Puisi Padepokan Iqro ialah ruang yang lain—ruang yang dibuat untuk meningkatkan minat baca dan tulis, khususnya menulis puisi. Peserta yang mengikuti kelas ini ialah siswa-siswi SMP dan SMA yang tersebar di Kampung Kolam, letak Padepokan Iqro berdiri dan bergiat. Mereka—para peserta menulis puisi perihal Kampung Kolam, mulai dari Partai Komunis Indonesia, Sukmo Ilang, Tugu Pancasila, Nuansa Pedesaan, Pendidikan yang Berkembang, dan lainnya. Ruang-ruang seperti ini agaknya bisa ditiru oleh daerah lain, tempat lain yang mungkin belum tersentuh oleh kesenian—khususnya seni tulisan, yaitu sastra,” ujar Titan.
Mendengar penuturan Titan kita meyakini bahwa Padepokan Iqro mempunyai peran sangat besar untuk merawat tradisi dan menjaga generasi Desa Kolam agar terhindar dari pergeseran nilai-nilai asing yang dapat merusak tatanan kehidupan di sana. Melalui puisi puluhan remaja diajak untuk berkontribusi terhadap daerahnya, menjaga rekat-rekat sejarah dan kebudayaan yang mereka miliki.
Selain Titan, seorang relawan yang juga menjadi mentor adalah Mawardah. Ia mengatakan kegiatan Kelas Menulis Puisi ini sangat bagus untuk melatih adik-adik dalam menulis puisi dengan tema Kampung Kolam (sejarah, peninggalan gedung, dan transportasi) desa mereka sendiri, sehingga mereka mendapatkan pemahaman yang mendalam perihal Desa Kolam.
Sebelum mengakhiri perbincangan, Ismail juga memaparkan proyeksi atau harapannya ke depan dari Kelas Menulis Puisi ini.
“Di Desa Kolam ini terdapat beragam agama dan etnis juga, ada masjid, gereja, dan vihara. Kehidupan yang beragam ini harus kita tanamkan sejak dini kepada generasi kita agar nantinya mereka tidak mudah terpecah-pecah oleh isu-isu yang tidak baik. Di sinilah peran kita untuk membangun knowledge management generasi muda itu, dalam praktiknya kita mengidentifikasi informasi dan pengetahuan lokal, mengoleksi dan mendokumentasikan, dan membuat media penyebaran pengetahuan lokal, dalam Kelas Menulis Puisi ini produk dokumentasi kita berupa Antologi Puisi yang akan diberi judul “Pagi yang Hilang” yang ditulis oleh anak-anak peserta kelas sebanyak 21 orang melalui pendampingan dua orang mentor, yaitu Titan Sadewo dan Mawardah,” ungkapnya.
Cahaya langit mulai meredup, tapi antusias para remaja peserta kelas menulis puisi menuangkan imajinasinya tidak mengatup. Sesekali gelak tawa terdengar. Tidak ada yang mengeluh panas ataupun lelah, walaupun peluh membuat tubuh basah, semuanya dengan riang menjalani proses. Apakah kita tidak merasa berdosa apabila menggores wajah-wajah polos mereka dengan pisau tajam perpecahan dan mendoktrin kebencian hanya karena sebuah perbedaan? Perbedaan yang tidak pernah mereka minta apalagi inginkan.