Duta Damai Sumut, Medan – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar regenerasi Duta Damai Sumatera Utara (Sumut) bagi relawan perdamaian dalam rangka pencegahan terorisme. Kegiatan itu berlangsung di Hermes Hotel Palace Medan, pada Senin (14/9) hingga Kamis (17/9). Dalam kegiatan tersebut, calon relawan Duta Damai Sumut mendapat kesempatan untuk mewawancarai Peserta Duta Damai Sumut 2020 serta generasi muda yang ada di Sumut terkait toleransi beragama, Kamis (17/9).
Di kesempatan lain, wanita bernama Ira Aprillah SiRingo-Ringo yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Prima Indonesia (Unpri) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengemukakan sedikit pendapatnya terkait toleransi beragama di Sumut khususnya di kalangan generasi milenial. Menurutnya, perbedaan agama tidak menjadi sebuah hal yang menjadi perbedatan di antara para anak muda di Sumut.
“Berteman dengan berbeda agama adalah hal yang menyenangkan karena tidak hanya tau zona diri sendiri saja namun bisa belajar dari zona orang lain yang berbeda,” pungkas Ira yang menganut kepercayaan Kristiani.
Selain itu Ira juga mengatakan bahwa para mahasiswa serta generasi milenial di Sumut memiliki slogan yang bias disebutkan ‘Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu’ meski memiliki kepercayaan yang beragam. Ia juga menjelaskan bahwa perbedaan tersebut adalah satu atap yang berbeda rasa atau yang memiliki arti bahwa Sumut merupakan wilayah yang menggabungkan orang-orang tanpa memandang ras, suku dan agama.
Di sisi lain, seorang mahasiswi STIE Mikroskil Medan yang bernama Chyntia sedikit memberikan tanggapannya terkait toleransi beragama yang ada di Sumut. Menurutnya, toleransi beragama di Sumut sangat bagus dan teman-teman yang ada di kampusnya juga mengedepankan saling menghargai sesama.
“Di lingkungan saya, kawan-kawan saling menghargai satu sama lain terutama terhadap agama yang dianut. Hal yang berkesan saat perayaan Natal. Di mana banyak juga teman-teman dari berbeda agama ikut mengucapkan selamat natal kepada teman-teman yang merayakan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, salah satu generasi muda bernama Rahmawani yang juga seorang Manager We Make Change Indonesia menilai secara umum anak muda di Sumut telah memahami keberagaman agama dan suku dengan baik.
“Banyak anak muda yang sudah open mindness yang dibuktikan dengan hampir tidak adanya aksi terkait intoleransi beragama. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan masih ada grup yang oriented,” katanya.
Ia juga berpendapat bahwa anak muda sudah banyak berkolaborasi dengan masalah sosial terkait perbedaan agama. Namun, wanita yang biasa disapa Ama itu mengatakan saat ini kondisi di Sumut untuk permasalahan keagamaan tidak banyak terjadi, terutama di kalangan anak muda.