Menjaga “Rumah Kita” dari Ancaman Rasa Tidak Nyaman
Oleh Alda Muhsi
Seorang teman terlihat sibuk menelepon beberapa karibnya hanya untuk kopi darat di sebuah kedai kopi pada hari Senin. Kemudian hari Selasa ia melakukan hal yang sama. Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu pun begitu. Alasannya bukan tidak ada kerjaan, melainkan jemu berada di rumah.
Sebagian orang memang memiliki dunianya sendiri. Merasa tidak nyaman dengan keributan dan keramaian. Mereka cenderung memilih tempat yang sunyi dengan beberapa orang teman yang dikenal dekat dan dipercayainya. Bukan untuk mencurahkan isi hati, melainkan hanya untuk menemani “pelariannya” menjauhi rumah.
Ada apa di rumah sehingga tercetus perasaan tidak nyaman ketika berada di sana? Bukankah rumah adalah tempat pertama kali kita bernaung dari hujan, panas, badai, kemarau, dan segala macam cuaca? Bukankah rumah tempat kita tumbuh sejak belum bisa berjalan hingga kini telah bisa jalan-jalan?
Pernah suatu kali ada yang bertanya kepadanya dengan pertanyaan tersebut. Ia memiliki berbagai jawaban. Keadaan rumah yang terlalu ramai, teriakan-teriakan akibat pertengkaran, ruang yang berantakan, sampah yang berserak, bau sumpek karena udara yang kotor, dan ia tidak bisa melakukan hal yang disenangi (hobinya).
Kemudian tanpa basa-basi yang panjang penanya menyanggah semua alasannya. “Siapa lagi yang bisa membuat nyaman rumah kita selain kita sendiri yang tinggal di sana.”
Apa yang dapat kita petik dari persoalan di atas adalah hal yang harus kita terapkan di kota kita ini. Tentu saja dalam lingkup yang lebih luas, rumah adalah miniatur kota yang penghuninya seluruh masyarakat. Untuk menciptakan kenyamanan di rumah perlu adanya kesadaran hati masing-masing penghuni untuk mengolah dan mengontrol rasa. Menimbang dampak baik/buruk dari setiap perbuatan yang akan dilakukan terhadap orang banyak.
Oleh karena itu setiap lapisan masyarakat diharapkan dapat menanamkan sikap saling menjaga antara satu dan lainnya. Menjaga perdamaian di tengah perselisihan, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga komunikasi satu sama lain, dan menjaga solidaritas agar persaudaraan atas nama bangsa dan negara tidak dapat dipecah oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Tentu saja setiap orang mesti mengambil peran, sebab ini adalah “Rumah Kita” yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan menanamkam sikap saling menjaga akan tercipta keseimbangan, yang akhirnya melahirkan harmoni dalam kehidupan.