MENJADIKAN KOMBUR SEBAGAI JALAN UNTUK TABAYUN
Oleh: Fajar A.M. Dalimunthe
Informasi dengan sangat cepat menyebar di era digital saat ini. Dunia maya memiliki peran sentral untuk melakukannya, meskipun tetap dengan kerja manusia. Dunia maya berfungsi sebagai wadah penampung sekaligus penyebar beragam informasi dari dan ke segala penjuru. Artinya, dunia maya menjadi media atau pusat pengolahan dan penyebaran informasi yang memiliki akselerasi dan jangkauan tak terbatas.
Namun, sampai saat ini belum ada filterisasi otomatis yang tumbuh di dalam sistem dunia maya tersebut yang berperan untuk menjamin bahwa informasi yang tersebar murni bernilai kebenaran. Kelemahan ini dijadikan sebagai celah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan. Dengan cara menyebarkan informasi-informasi bohong (hoaks) yang bertujuan untuk menjatuhkan orang lain, tindakan penipuan, pemerkosaan, kampanye hitam, dan kejahatan-kejahatan lain bernuansa sosial, ekonomi, dan politis untuk menguntungkan individu maupun kelompoknya, termasuk penyebaran ajaran paham radikal terorisme.
Langkah-langkah oknum tersebut menjadi semakin terbuka ketika kita melihat bagaimana kecenderungan reaksi masyarakat dalam menerima informasi. Informasi yang beredar dapat diartikan atau dipahami berbeda-beda oleh masyarakat, hal itu dilatarbelakangi oleh cara berpikir, watak emosional, dan juga kondisi spiritual masyarakat yang menerima.
Bagi yang memiliki tingkat pemahaman rendah akan mudah percaya dan terpengaruh terhadap informasi tersebut. Informasi yang harusnya sampai dengan baik akhirnya terbatas oleh tingkat pemahaman yang dimiliki. Akibatnya, berbagai persepsi timbul di tengah masyarakat yang menyebabkan kegaduhan. Kondisi ini dimanfaatkan untuk mengadu domba dengan tujuan pelemahan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan masyarakat. Sehingga mereka lebih mudah untuk merusak, menggerogoti, meraih tujuan yang sebenarnya, dan bahkan bisa juga mengambil alih kepemimpinan dengan dalih memperbaiki keadaan.
Hal ini harus segera kita sadari dan mulai berpikir cara mengantisipasinya. Apa yang harus kita lakukan?
Era digital hadir di tengah masyarakat milenial. Artinya harapan besar tertopang di pundak generasi milenial untuk berperan lebih besar mereformasi keadaan. Sudah terdapat dua modal yang menjadi dasar para milenial untuk melakukan perbaikan, yakni energi yang kuat dan kreativitas yang tinggi. Namun, itu saja tidak cukup. Sebelumnya harus ada satu modal utama lagi, yaitu tradisi atau kebudayaan yang berkembang di daerah. Ketiga modal tersebut kemudian melebur dan menghasilkan satu formula yang efektif untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai upaya menjaga kearifan lokal masyarakat setempat.
Ilustrasi yang bisa digambarkan dalam hal ini merujuk pada perilaku lokal mayoritas masyarakat di kawasan pesisir Pantai Timur, seperti masyarakat kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki aktivitas kombur. Menurut pengertian masyarakat setempat, istilah kombur berarti berbicara atau bercakap-cakap. Bahkan ada pula yang mendefinisikannya lebih jauh lagi sebagai diskusi hingga sarasehan. Kombur dapat dijadikan sebagai modal utama untuk melawan penyebaran hoaks yang tersebar di dunia maya. Bagaimana caranya? Kita bisa merutinkan aktivitas kombur untuk menguji informasi-informasi viral yang tersebar di dunia maya. Pengujian yang dilakukan tidak sebatas pada materi informasi saja, tapi juga dengan mengidentifikasi seluk-beluk media yang pertama kali menerbitkan dan menyebarkan informasi tersebut, serta kredibilitas media yang bersangkutan. Dengan kata lain aktivitas kombur dapat menjadi jalan untuk melakukan tabayun.
Menjadikan kombur sebagai jalan untuk tabayun
Segala sesuatu harus dimulai dari kebiasaan. Begitu pula untuk mengganti kebiasaan yang berdampak buruk, kita juga harus memulainya dengan kebiasaan baru yang bernilai positif dan memiliki konsep serta manfaat yang lebih baik. Fenomena di dunia maya yang terjadi saat ini, seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, isu perpecahan, dan propaganda radikalisme terorisme juga bermula dari kebiasaan-kebiasaan kita membiarkan konten-konten tersebut beredar dan tersebar. Oleh karena itu, untuk menangkal lajunya yang harus kita lakukan saat ini adalah membiasakan diri dengan menciptakan upaya perlawanan. Salah satunya adalah dengan menjadikan kombur sebagai jalan untuk tabayun.
Secara etimologi tabayun berasal dari bahasa Arab dari kata bayyana-yubayyinu-tabyiinan/tabayyunan yang artinya jelas. Kemudian merujuk pada KBBI, tabayun berarti (1) pemahaman; penjelasan; (2) perbedaan; ikhtilaf; kontradiksi. Jika dikaitkan dengan konteks penyebaran hoaks yang terjadi di dunia maya, tabayun dapat diartikan sebagai upaya menelusuri informasi yang tersebar untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan jelas atas informasi tersebut, sehingga tidak terjadi kontradiksi dalam kerangka pikiran masyarakat luas. Dengan kata yang lebih singkat tabayun dapat diartikan sebagai proses klarifikasi.
Kombur dapat dijadikan sebagai jalan untuk tabayun. Sebagaimana yang telah dipaparkan secara singkat di atas, kombur adalah aktivitas bercakap-cakap membahas persoalan yang sedang berkembang. Aktivitas kombur bukan hanya asal menggunakan bibir dan mulut untuk bercakap-cakap, ada aktivitas otak dan akal pikiran untuk mencerna informasi agar mendapatkan pemahaman yang jelas.
Kombur bisa dilakukan di setiap daerah untuk menelaah informasi yang viral di dunia maya. Gunanya agar masyarakat tidak terjebak dalam lingkaran hitam informasi yang salah dan menyesatkan yang menyebabkan terganggunya stabilitas persatuan dan kesatuan.
Sederhananya, kombur dijadikan sebagai jalan untuk menentukan informasi yang beredar di dunia maya apakah benar atau tidak. Kemudian hasil penentuannya disebarkan kepada masyarakat setempat untuk menyamakan persepsi atas informasi tersebut. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih informasi yang berkembang di tengah masyarakat.
Aktivitas kombur sebagai jalan untuk tabayun sangat penting dilakukan di tengah maraknya penyebaran informasi-informasi hoaks yang berpotensi memecah belah persatuan. Apalagi kita ketahui masyarakat dunia maya sangat mudah dan sangat cepat memercayai apa yang mereka dapatkan dari sebaran media sosial. Jarang sekali kroscek dilakukan untuk mendapat kebenaran. Hal ini yang menjadi pemicu terkuaknya perpecahan. Awalnya dalam lingkup kecil, lama kelamaan menjadi global.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan isu perpecahan yang tersebar melalui dunia maya merupakan kejahatan sangat sadis, yang menyerang dan merusak tatanan pikiran masyarakat. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk menghentikannya. Dalam hal ini dengan cara menggiatkan aktivitas kombur sebagai jalan untuk tabayun secara rutin.