Kiat Perantau Berpuasa Tanpa Keluarga
Penulis: Isma Hidayati
Kalau ada yang bertanya, apa yang paling menyedihkan saat Ramadan? Cepat akan terjawab; jauh dari keluarga. Fakta kebanyakan anak perantauan, kan?
Di bulan yang penuh suci ini, tentunya ada banyak suasana yang berubah, apalagi suasana dalam keluarga. Saat sahur dan buka puasa, banyak sekali sajian di meja makan, dan semua anggota keluarga berkumpul untuk makan bersama. Momen yang tak biasa terjadi di hari biasa itu memang sangat dinantikan oleh semua orang.
Lalu, bagaimana dengan perantauan? Yang bisa jadi berbuka puasa hanya dengan teman sekantor, atau teman satu kelas di perkuliahan, atau malah sendirian di kos? Belum lagi didominasi dengan sahur yang hanya mengandalkan alarm ponsel, kalau terdengar syukur, kalau tidak terdengar, tentu sahur akan terlewat. Seorang anak perantauan akan selalu merindukan suasana buka puasa dan sahur bersama dengan keluarga di rumah. Menyedihkan sekali.
Kiat pasti ada, untuk menghapus kesedihan berlarut seorang perantau yang mungkin belum saatnya untuk pulang kampung. Apalagi sudah diperkirakan akan pulang ke rumah saat lebaran, bahkan tak bisa pulang sama sekali karena jarak yang jauh. Ini 2 kiat tepat untuk kita, seorang perantau yang menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan tanpa keluarga.
- Rutin Berkomunikasi
Rasanya tak apik berpuasa sendiri, atau bersama teman selalu. Tapi tak merasakan berpuasa bersama keluarga. Sungguh jarak bukan menjadi alasan, kalaupun benar itu sebagai alasan. Masih bisa merasakan nikmat berbuka bersama keluarga melalui ponsel pintar kita. Video Call (VC) misalnya, atau menelpon keluarga yang jauh di sana. Rutin bertanya kabar, dan memberi kabar kepada keluarga juga bisa salah satu alternatif berpuasa tetap dengan suasana bersama keluarga. - Istikamah Beribadah
Sibuk merindukan suasana rumah hal wajar, tapi berusahalah sibuk untuk merindukan Allah dan Rasul. Membuat hati lebih tenang dan damai, karena selalu berusaha istikamah dalam beribadah. Dengan menyibukkan diri untuk beribadah, kejenuhan yang terjadi akibat jauh dari orang tua akan sedikit berkurang, karena ada penawarnya, yaitu kembali pada Allah. Dan jangan lupa juga untuk selalu mendoakan keluarga di rumah.
Memang benar, apapun usaha yang akan kita lakukan, yang dikatakan rindu pasti tetap rindu. Setidaknya dengan dua kiat tersebut kejenuhan, ke gundahan karena selalu merindu akan sedikit lebih berkurang. Dengan berbagai proses menantikan hari akhirnya; idul fitri. Semoga yang saat ini sedang jauh dengan keluarga, dapat sesegera mungkin di longgarkan waktunya oleh Allah untuk bertemu dengan keluarga. Semoga bermanfaat.