DUTA DAMAI SUMUT (4/4) Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara merasa prihatin dengan banyaknya beredar berita hoaks di tengah masyarakat. Penyebarannya yang sangat cepat dan tak terbendung membuatnya semakin resah terhadap persoalan ini. Apalagi di tengah kontestasi pemilu, penyebaran hoaks semakin masif dan meningkat.
Ia menyebut kuantitas penyebaran hoaks jelang pesta demokrasi semakin bertambah. Ia berpendapat sebanyak 28% dari hoaks yang sudah tersebar berkaitan dengan politik, yakni pemilu serentak 2019.
“Sejak Agustus 2018 hingga mendekati 17 April makin meningkat. Tambah prihatin. Ada 28 persen berita hoaks seputar pemilu,” katanya.
Beliau memaparkan rincian jumlah hoaks mulai Agustus 2018 sebanyak 25 hoaks, Desember 2018 naik tiga kali lipat menjadi 75 hoaks. Januari 2019 meningkat tujuh kali lipat menjadi 175 hoaks, dan pada Februari tidak tanggung-tanggung meningkat empat belas kali lipat, menjadi 353 hoaks.
Penyebaran dilakukan melalui media sosial, seperti twitter, facebook, dan instagram. Namun, media sosial lain, yaitu whatsapp, menjadi sasaran empuk penyebaran hoaks yang dianggap memiliki kecepatan dalam penyebaran (karena dianggap lebih personal dan sensitif). Modus penyebaran melalui whatsapp ini memiliki cara tersendiri. Tak ayal whatsapp menjadi media sosial yang paling masif menyebarkan berita hoaks.
Ia pun menjelaskan bagaimana penyebaran berita hoaks melalui whatsapp bekerja.
“Biasanya postingan atau informasi yang didapatkan di media sosial lain kemudian di-capture dan disebarkan di whatsapp. Jadi awalnya buat akun di media sosial (facebook, twitter atau instagram), lalu posting, kemudian di-capture fotonya. Setelah dapat gambarnya kemudian akun media sosial tadi ditutup untuk menghilangkan jejak digital. Bahan yang sudah di-capture tadi disebarkan dan viralnya lewat whatsapp,” pungkasnya. (AM)