Covid-19 Ujian Solidaritas
Oleh: Alda Muhsi
Pandemi Covid-19 semakin ganas. Data yang dirujuk dari www.covid19.go.id per tanggal 1 April 2020 di 32 provinsi di Indonesia tercatat sebanyak 1.677 pasien dinyatakan positif, 103 jiwa berhasil sembuh, dan 157 jiwa meninggal dunia. Jika dipersentasekan berarti sekitar 9.36% jiwa korban meninggal dari keseluruhan pasien positif terpapar Covid-19. Angka ini tidak boleh dianggap enteng kalau tidak ingin semakin meningkat (dan faktanya setiap hari terus meningkat).
Pemerintah dalam upayanya menekan penyebaran virus ini mesti didukung penuh oleh setiap lapisan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memiliki perhatian dan beriringan jalan untuk sama-sama melawan arus penyebarannya.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat untuk turut serta mencegah penyebaran virus ini agar tidak semakin luas? Mengingat jumlah tenaga medis sangat terbatas, dengan keluhan ketersediaan APD yang sangat memprihatinkan.
Langkah yang paling penting adalah menyingkirkan asumsi dan nafsu memperdebatkan persoalan ini ke dalam ranah politik. Bukan waktu yang tepat mempertentangkan pendapat si A lebih jitu daripada pendapat si B, pendapat si A lebih berpihak ke rakyat, pendapat si B hanya menguntungkan golongan mereka saja. Dan lain-lain. Sudahlah! Hentikan itu.
Covid-19 mewabah di negeri kita merupakan ujian solidaritas. Kita dituntut untuk sama-sama menyelesaikan permasalahan ini. Bagaimana caranya? Mari ambil peran dan bagian dengan kemampuan yang kita miliki masing-masing. Cara boleh berbeda, namun tujuan tetap sama: menekan penyebaran Covid-19.
Bagi para buzzer yang tidak turut membantu, diam di rumah dan sembunyi di balik selimut adalah perbuatan paling mulia. Jangan semakin membuat keruh keadaan dengan status media sosial yang tidak berguna, yang hanya memecah belah, seperti racun berbisa.
Bangkitkan kesadaran sosial untuk membantu masyarakat sekitar. Siapa penggeraknya?
Tokoh masyarakat, influencer, komunitas pemuda, organisasi masyarakat, dan sebagainya.
Tidak bisa dipungkiri, status ekonomi masyarakat berbeda-beda, adanya imbauan #dirumahaja memang jadi dilema bagi masyarakat dengan pendapatan harian. Itulah pentingnya perhatian antarsesama, dengan adanya jejaring lintas profesi tadi kita bisa bahu-membahu, saling membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, sehingga anjuran #dirumahaja dan psychical distancing dapat diindahkan.
Tidak ada manusia yang berani menantang maut, namun berpulang dalam keadaan berjuang lebih dipilih daripada berdiam diri menanti dipanggil.
Ada yang keluar, melanggar imbauan karena terpaksa. Itu adalah kesalahan kita, kenapa tidak memberikan uluran tangan kepadanya.
Tapi ada juga yang keluar karena ingin wisata. Nah, ini pantasnya dihukum siksa.