Duta Damai Sumut gelar temu ramah dengan Pers Mahasiswa dan Komunitas Penulis di Mangat Kuphie Jalan Darussalam Nomor 16 C Medan pada Kamis (26/9). Maksud dari pertemuan tersebut adalah Duta Damai mengajak pers mahasiswa dan komunitas penulis yang ada di Sumut untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya mengkampanyekan perdamaian.
Dalam pertemuan tersebut tercatat sejumlah pers mahasiswa yang hadir di antaranya mewakili Suara USU, Neraca, Kreatif UNIMED, Lentera UNUNSU, dan Pijar. Sementara komunitas penulis yang hadir di antaranya Kompak UNPRI, Blogger Medan, dan Korsas UNIMED.
Fajar Dalimunthe, selaku koordinator Duta Damai Sumut menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan ini dilakukan untuk saling berkenalan dan memperkuat silaturahmi sesama komunitas dan persma yang memiliki konsentrasi yang sama di bidang penulisan.
“Pertemuan ini selain ajang silaturahmi, dan perkenalan diri, juga merupakan satu upaya merangkul kawan-kawan pers mahasiswa dan komunitas penulis untuk saling berkolaborasi dengan Duta Damai. Mungkin hari ini kawan-kawan kami libatkan dalam kegiatan kami, dan tidak menutup kemungkinan ke depannya kawan-kawan juga melibatkan kami dalam kegiatan yang kawan-kawan buat,” ungkapnya.
Beliau menambahkan perihal bentuk kolaborasi yang direncanakan yaitu menerbitkan sebuah buku Bunga Rampai bertajuk Milenial Cegah Hoaks, Ujaran Kebencian, dan Isu Perpecahan. Bunga rampai tersebut berisi kumpulan esai yang ditulis oleh anggota Duta Damai sendiri, pers mahasiswa, dan para penulis dari tiap-tiap komunitas.
“Kolaborasi yang akan kita lakukan dalam kampanye perdamaian kali ini adalah menerbitkan Bunga Rampai yang berjudul “Dilema Jemari” dengan tema Milenial Cegah Hoaks, Ujaran Kebencian, dan Isu Perpecahan. Isinya nanti adalah kumpulan esai hasil tulisan-tulisan kita,” tambahnya.
Pada pertemuan itu hadir pula Bapak Drs. Sofyan Harahap, Dewan Penasehat PWI Sumut yang menyambut baik rencana kegiatan yang akan dilakukan.
“Ini bagus membuat buku, supaya kita bisa dikenang dengan karya kita. Apalagi jika karya itu baik dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Beliau menambahkan tantangan menulis di era digital saat ini membuat para penulis harus memiliki angle yang berbeda dari media-media lain. Tujuannya agar tulisan yang dibuat menjadi nilai tersendiri untuk menarik minat pembaca.
“Dalam menulis yang perlu diperhatikan selain tata penulisannya, juga ada beberapa angle yang menarik minat orang untuk membacanya. Tulislah dengan angle yang belum ditulis media lain. Tulisan-tulisan itu bisa berupa soft news yang menitikberatkan human interest,” pungkasnya. (AM)