Cukup! Jangan Ada Bukber di Antara Kita
Oleh Alda Muhsi
Kedatangan bulan Ramadan disambut setiap lapisan masyarakat dengan penuh sukacita. Berbagai kalangan menjadikan momen bulan Ramadan ini sebagai sebuah titik untuk meraih pencapaian-pencapaiannya.
Ada yang berlomba untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya, salat, sedekah, beramal, dan berbuat baik kepada sesama. Ada pula yang menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan pengais rezeki. Itulah mereka para pedagang dadakan yang memanfaatkan momen untuk menjajakan makanan berbuka puasa hingga kue kering untuk hari raya. Kemudian ada pula sebagian yang menjadikan bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk menyambung silaturahmi.
Hal ketiga yang disebutkan di atas menjadi yang paling populer digandrungi kalangan muda. Silaturahmi yang dilaksanakan dalam wujud buka puasa bersama (bukber).
Berkumpul kembali bersama teman-teman lama memang sangat menyenangkan. Apalagi teman lama yang terpisah kota. Bukber merupakan jalan untuk merealisasikannya. Karena biasanya para perantau akan kembali ke tempat asal untuk menikmati bulan Ramadan bersama keluarga. Saat itulah kesempatan berkumpul dengan teman-teman lama menjadi terbuka.
Tak jarang kita lihat mulai minggu kedua sudah banyak perencanaan bukber santer terdengar. Mulai dari bukber teman SD, SMP, SMA, dan kuliah. Berbagai perasaan bercampur di dada ketika menunggu hari yang ditentukan tiba. Penasaran, kangen, tak sabar, dan lain sebagainya.
Namun, pada kenyataannya seperti apa bukber yang kita lihat hari ini? Ajang kangen-kangenan yang digadang hanya berlangsung sebentar saja, ketika pertama kali bertemu dan ketika foto bersama sebelum pulang. Lalu, apa yang terjadi di tengah pertemuan? Tentu saja masing-masing sibuk dengan ponsel, media sosial, dan game online. Kemudian ada juga yang bergosip menceritakan aib orang lain (ghibah), hingga melalaikan salat, baik magrib maupun tarawih.
Apakah seperti demikian tujuan bukber yang dilaksanakan? Bukannya menciptakan pertemuan yang bermanfaat, melainkan malah memupuk mudarat. Padahal momen bukber bisa dimanfaatkan dengan kegiatan sosial seperti berbagi dengan anak yatim, panti asuhan, atau orang-orang yang kurang mampu.
Jika memang demikian adanya timbullah pertanyaan, apakah bukber adalah suatu keharusan untuk dilakukan setiap bulan Ramadan? Dengan fakta-fakta di atas bisa dibilang momen bukber sebagai sebuah penyimpangan dalam mengisi bulan Ramadan. Sudah tentu setiap penyimpangan mesti dihentikan. Cukup! Jangan ada lagi bukber di antara kita.