DUTA DAMAI SUMUT (15/4) Forum Lingkar Pena Medan menggelar basic training tahap pertama pada Minggu (14/4) di Taman Rusa Universitas Sumatera Utara.
Secara keseluruhan basic training dalam kepengurusan FLP Medan memiliki tiga tahap. Pada tahap pertama basic training ini, anggota baru FLP angkatan VIII membahas tentang penulisan fiksi, baik puisi maupun cerpen. Pematerinya adalah Ari Azhari Nasution, S.S., M.A., yang merupakan seorang dosen Sastra Indonesia di Universitas Sumatera Utara (USU). Selain sebagai dosen di USU, beliau juga merupakan anggota Forum Lingkar Pena Medan angkatan IV.
“Wow di angkatan VIII anggota yang dominan ternyata masih perempuan, sama berarti seperti angkatanku dulu,” ujar Ari.
Saya dan teman-teman lain hanya tertawa kecil dan saya menjawab, “Generasi perempuan milenial ini Bang Ri (sapaan kami terhadapnya).”
Setelah tertawa kecil kami pun langsung serius kembali membahas topik pembahasan kali ini, yakni fiksi… fiksi… dan fiksi. Ngebahas fiksi membuat imajinasi semakin terpacu, membuat sesuatu hal yang unik dalam bentuk kata adalah topik paling asyik menurut saya.
Lambat laun waktu berlalu, setelah ngebahas imajinasi yang semakin dalam, akhirnya timbul beberapa topik yang layak untuk didiskusikan. Kira-kira apa yang menjadi topik hangat kali ini?
Topik hangat yang masih hangat-hangatnya yaitu seputar cerpen yang diterbitkan oleh pers mahasiswa Suara USU yang ramai diperbincangkan. Nah jujur saya tertarik mendengarnya. Sebab dari kaca mata saya pasti berbeda nih dengan kaca mata dosen sastra, kata saya dalam hati.
“Kalau dari saya, yang salah itu karena mereka menerbitkan cerpen tersebut di lingkungan kampus. Dalam hal menulis mereka tidak salah, penulis berhak menuliskan imajinasinya tentang tulisan yang ia buat dan tidak ada batasan dalam hal itu,” ujar Bang Ari.
Saya masih terus fokus mendengarkan beliau kkarena saya sedikit sepemikiran dengan beliau.
“Apa pun yang dituangkan penulis dalam karyanya, itu adalah hak si penulis, gak ada batas kata-kata dalam menulis. Yang salah itu hanyalah kita (seorang penulis yang tidak bisa menempatkan tulisan kita pada tempatnya. Jangan bawa-bawa soal agama dalam hal ini karena Indonesia sendiri memiliki banyak agama, hargai setiap agama. Tidak ada agama yang mengajarkan hal-hal yang buruk yang dapat menimbulkan perpecahan. Saya sudah baca 3 kitab lain selain Al Qur’an dan semua mengajarkan kebaikan,” tambahnya.
“Intinya berimajinasilah yang dalam, tuangkan apa pun yang ada di dalam pikiranmu ke dalam tulisan, namun ingat satu hal jangan beberkan tulisan yang menimbulkan perpecahan di lingkungan sekitarmu. Jika itu kau lakukan, tulisanmu bukan menginspirasi, tapi menimbulkan api yang akan membakar dirimu sendiri,” pungkasnya.