Oleh: Alda Muhsi
Prof. Yudian Wahyudi resmi menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) setelah Presiden Joko Widodo melantiknya pada 5 Februari 2020 di Istana Negara, Jakarta Pusat. Secara otomatis harapan besar terhadap kelestarian peran dan fungsi pancasila tertopang di pundaknya.
Namun, belum apa-apa, seminggu kemudian Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu membuat masyarakat heboh karena ucapannya sendiri kala wawancara dengan detik.com pada 12 Februari 2020. Beliau mengatakan musuh terbesar pancasila adalah agama.
Pernyataan tersebut sontak menuai kemarahan beberapa pihak. Dan setelahnya pada 14 Februari 2020, Prof. Yudian melakukan klarifikasi melalui unggahan twitter @BPIPRI terhadap pernyataan kontroversi tersebut.
“Yang saya maksud adalah bahwa Pancasila sebagai konsensus tertinggi bangsa Indonesia harus kita jaga sebaik mungkin. Pancasila itu agamis karena ke 5 sila Pancasila dapat ditemukan dengan mudah dalam Kitab Suci keenam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI. Namun, pada kenyataannya, Pancasila sering dihadap-hadapkan dengan agama oleh orang-orang tertentu yang memiliki pandangan sempit dan ekstrim, padahal mereka itu minoritas (yang mengklaim mayoritas). Dalam konteks inilah, “agama” dapat menjadi musuh terbesar karena mayoritas, bahkan setiap orang, beragama, padahal Pancasila dan Agama tidak bertentangan, bahkan saling mendukung.”
Terang saja masih banyak masyarakat yang tidak puas dan makin terpancing emosi. Alhasil, persoalan ini dinilai belum tuntas adanya.
Memang bukan persoalan mudah ketika kita menyinggung soal agama. Bukan barang baru lagi bahwa agama adalah persoalan sensitif, yang jika disentuh sedikit saja akan memberikan efek yang luar biasa. Apalagi negara kita memiliki ragam agama, baik yang diakui, maupun yang berkembang di masyarakat saja.
Tanpa kita sadari, sebenarnya di sinilah letak poin penting pancasila itu. Keberagaman dalam beragama. Boleh dikatakan pada tingkat kontemplasi lebih suci dan tinggi, kita bisa beranggapan pancasila adalah agama, dan agama adalah pancasila.
Merujuk kepada hal tersebut, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, siapakah musuh terbesar aku? Jawabannya: aku sendiri.
Apa yang disampaikan di atas sejalan dengan pernyataan budayawan Sudjiwo Tedjo dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa, 18 Februari 2020. Beliau mengatakan agama sudah menyatu dengan pancasila dalam puncak-puncak sosio-kulturalnya, bukan peribadatannya.
“Apa salahnya musuh terbesar Pancasila adalah agama? Karena agama sudah menyatu dengan Pancasila. Masalahnya di mana? Ini perang besar, tapi ada yang lebih besar, memerangi dirimu sendiri,” paparnya.
Beliau mengaku bukan membela, melainkan mengajak untuk berpikir jernih.
Kembali lagi persoalannya adalah apakah seorang Kepala BPIP memahami apa yang dimaksudkan Sudjiwo Tejo tersebut? Apakah musuh terbesar pancasila adalah agama, yang disebutnya memiliki persepsi yang sama seperti yang disampaikan sang budayawan? Kalau iya, mestilah kita saling menjaga diri dan melakukan perenungan yang lebih dalam dan panjang.