Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berasal dari perniagaan (perdagangan)” (HR. Tirmidzi).
Bukankah sudah sangat jelas bahwa pintu rezeki sangat terbuka untuk mereka yang mempunyai usaha sendiri, atau bisa dibilang pengusaha? Jadi kenapa masih ada ratusan bahkan ribuan dari kita yang gagal menjadi pegawai negeri/swasta merasa Tuhan tidak berpihak? Kita merasa dunia sudah tamat hanya karena tak ada jaminan pensiun. Alangkah bodohnya kita jika berpikir demikian. Coba kita lihat sisi positifnya, ketika Tuhan menggagalkan atau tidak mengizinkan kita menjadi seorang pegawai negeri/swasta sebenarnya Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menggapai kesuksesan melalui pintu-pintu yang lain, pintu rezeki khusus yang sudah terbuka lebar, tentu saja dengan porsi yang cukup sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Memang, setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah sesuatu yang di luar kemauan kita. Maka dari itu, jangan pernah berprasangka buruk pada sebuah rencana sang pencipta. Percaya saja kita tidak akan dijerumuskan pada hal-hal yang buruk.
Kembali lagi perihal menjadi pengusaha, kenapa kita takut? Menurut pengamatan dan penelusuran penulis pada mereka yang sudah menjadi pengusaha, pada awal meniti karir menjadi seorang pengusaha, hal yang menjadi kendala paling besar adalah takut untuk memulai dan takut untuk bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, untuk memulai sesuatu pasti kita selalu merasa adanya kesulitan. Adanya gangguan pada pikiran, akankah usaha yang dijalankan berhasil atau tidak. Akankah ada pembelinya, akankah diterima oleh masyarakat luas produk yang dipasarkan, dan sebagainya.
Untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses di segala bidang, kunci pertama yang harus dimiliki adalah mental. Mental seorang pengusaha harus seperti baja, tahan banting ke mana-mana. Setelah mental kuat, barulah bisa menjalankan usaha, kalau mental loyo seperti tempe, lebih baik jadi pegawai saja, yang harus menurut pada peraturan.
Mengutip kata bijak, “Pengusaha itu mentalnya harus kuat, jatuh 9 kali bangkit 10 kali, jangan sebaliknya.”
Kendala lain bagi pemula yang kerap muncul adalah ketidaktahuan tentang produk apa yang dapat dijual yang mungkin laku di pasaran. Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa melakukan peninjauan terhadap pasar, melihat peluang apa yang cocok untuk dijalankan. Di sini kita bisa memakai kunci kedua, yaitu mengolah sesuatu yang dekat dengan kita, misalnya hobi kita, agar bisa menghasilkan keuntungan materi. Di sana ada peluang yang bisa kita manfaatkan dengan baik.
Kunci ketiga, jangan hanya bermimpi, realisasikanlah! Segala sesuatu tentu saja berawal dari mimpi. Mental seorang pengusaha yang baik adalah segera mewujudkan mimpi yang dimiliki hingga menjadi nyata. Caranya bagaimana? Kita harus bergerak, jangan diam saja. konsisten terhadap apa yang diniatkan dengan apa yang dilakukan. Apa yang sudah menjadi tekad haruslah dilaksanakan. Jangan hanya bermimpi tanpa mewujudkannya.
Setelah mempunyai mental sekeras baja, setelah mengetahui usaha apa yang akan dibangun dan target pasarnya, setelah kita bergerak untuk mewujudkan mimpi itu, apakah telah selesai? Tentu saja belum, ada satu kunci lagi yang sangat penting yang harus dipegang oleh seorang calon pengusaha. Apakah itu? Relasi, hubungan baik dengan orang lain.
Dunia usaha mengharuskan kita untuk memiliki banyak kenalan dan jaringan untuk memperkenalkan atau memasarkan produk yang kita punya. Dengan begitu produk kita akan tersebar di mana-mana dengan cepat. Istilah kontemporer saat ini adalah branding. Jaringan yang luas akan meningkatkan branding produk kita, sehingga persentase kemungkinan produk tersebut terjual akan tinggi. Oleh karena itu, menjaga hubungan baik dengan orang lain itu sangat penting untuk menunjang kesuksesan kita dalam dunia usaha.
Teks oleh: Alda Muhsi