Siapalah kita.
Kita hanyalah pertemuan yang sempat riuh namun usang.
Kita hanyalah perjalanan yang ceritanya hanya berhenti dipersinggahan.
Kita, bukanlah sesiapa.
Seperti antara ada dan tiada. Juga bukan persoal siapa membenci siapa. Bisa jadi ini perkara waktu dan temu. Atau juga emosional sepihak.
“Dari mana saja kamu? Aku mencarimu seharian ini.”
“Aku tadi ke ujung jalan itu. Namun ini, isi kepalaku mengacaukanku tanpa henti.”
“Ada apa dengan pikiranmu? Dia mengacaukanmu hari ini?”
“Sedikit melelahkan! Dia setega itu!” Wajah sebal semakin jelas
Tak lama dia meratapi kericuhan pikirannya, dia berjalan dan kembali ke ujung jalan itu. Sorot lampu mobil-mobil dan kendaraan lainnya sudah memenuhi lokasi tersebut. Dia tercengang, orang-orang begitu peduli padanya. Dia yang sedang terbujur kaku dan berlumur darah.