Hai sadamm..
Tau kah kamu? Bahwa Kota Medan ini memiliki tempat-tempat yang bersejarah di era kolonial lohh..
Ada yang tau apa saja??
Yaapp.. Masjid raya Medan dan Istana Maimun…
Seperti halnya Istana Maimun Medan,
- Pengaruh Arsitektur Campuran. Dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Deli, Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, istana ini menggabungkan gaya arsitektur Melayu, Islam, India, Belanda, dan Timur Tengah. Pengaruh Belanda terlihat jelas pada desain pintu, jendela, dan furnitur.
- Kontribusi Arsitek Belanda. Istana ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Theodoor van Erp, yang juga terkenal sebagai konservator Candi Borobudur.
- Pusat Pemerintahan Kesultanan Deli. Istana ini menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli selama era kolonial, di mana Sultan bekerja sama dengan Belanda untuk mengelola perdagangan tembakau, komoditas utama saat itu.
- Fungsi hingga Kini. Meski menjadi objek wisata, sebagian istana masih dihuni oleh keturunan Sultan Deli, yang mempertahankan tradisi kerajaan hingga saat ini.
- Simbol Kekayaan Kesultanan Deli. Interior istana dipenuhi warna emas, simbol kejayaan Kesultanan Deli yang berperan besar dalam perdagangan internasional selama era kolonial.
Sangat luar biasa bukan??
Lalu, bagaimana dengan Masjid raya Medan?
Dibangun pada Masa Kolonial Belanda. Masjid ini dibangun pada tahun 1906–1909 saat Sumatera Utara berada di bawah pengaruh kolonial Belanda. Meski dibangun oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah dari Kesultanan Deli, proyek ini menunjukkan bagaimana pengaruh kolonial turut memengaruhi desain dan pembangunannya.
- Keterlibatan Arsitek Belanda. Seorang arsitek Belanda bernama JA Tingdeman merancang masjid ini. Pengaruh arsitektur Eropa terlihat dari struktur bangunan, seperti kubah yang simetris, jendela besar, dan detail ornamen yang berkelas.
- Pendanaan dari Kekayaan Kesultanan Deli. Kesultanan Deli dikenal sebagai mitra ekonomi penting bagi Belanda, terutama dalam perdagangan tembakau. Dana pembangunan masjid ini sebagian besar berasal dari hasil perkebunan tembakau Deli, yang diekspor ke pasar dunia melalui Belanda.
- Material Impor sebagai Ciri Era Kolonial. Sebagai simbol kekayaan dan pengaruh, masjid ini menggunakan material impor yang mewah, seperti:
-
Marmer dari Italia
-
Kaca patri dari Tiongkok
-
Lampu gantung dari Prancis
Penggunaan bahan-bahan ini mencerminkan hubungan dagang global era kolonial.
- Fungsi Politis dan Spiritual. Pada masa kolonial, Masjid Raya Medan tidak hanya menjadi pusat keagamaan, tetapi juga simbol perlawanan budaya. Bagi Kesultanan Deli, membangun masjid megah ini adalah cara menunjukkan identitas Islam yang kuat di tengah dominasi Belanda. Masjid Raya Medan menjadi saksi bisu interaksi antara kekuasaan lokal dan kolonial, menjadikannya warisan sejarah yang kaya dan penuh makna.
Wah wahh… Luar biasa sekali bukan mengenai informasi mengenai sejarah kolonial di kota Medan ini?
Gimana nih Sadam, sangat menarik bukan? Yukk mari kita jaga dan lestarikan sejarah kota Medan.